25.7 C
Tangerang
Monday, 11 November, 2024
spot_img

Masih Ada Jalan

Hari masih pagi. Matahari sedang memekarkan sinarnya untuk menyinari dunia ini. Sapaan lembut sinar mentari pada dunia adalah sebuah sapaan natural dan tidak egois. Sinarnya memancar ke segala arah dan boleh dinikmati oleh orang semua penghuni kolong langit ini. Di bawah terpaan sinarnya yang lembut, aku melaju dengan mobil suzuki mengarah dari Tangerang menuju kota Serang. Perjalananku biasanya mulus-mulus saja dan tidak ada hambatan berarti. Namun pada tanggal 12 September 2020, perjalananku  terasa berbeda.

Perasaanku agak sedikit lain, ketika aku melaju bersama mobil suzuki itu memasuki daerah Cikande, perbatasan antara kabupaten Tangerang dengan Serang. Mobil terus melaju dan sepertinya ada bunyi gemuruh terdengar dari belakang mobilku. Walaupun ada bunyi gemuruh itu, namun saya tetap melaju dalam kecepatan tinggi. Saya mengambil posisi kanan pada ruas jalan tol Tangerang – Serang.

Sebuah kejadian yang tak terduga. Di saat mobilku lari dalam kecepatan tinggi, tiba-tiba ban belakang mobilku sebelah kiri meledak dan membuat aku yang harus ekstra mengendalikan setir agar tidak masuk pada selokan air di tengah tol itu. Ledakan ban belakang membuatku kaget tetapi masih beruntung bahwa saya masih bisa mengendalikan mobil itu. Kejadian itu sekitar pukul 08.00 pagi dan jalanan tol masih sepi.

Berhadapan dengan peristiwa itu, aku semakin panik dan mencari orang, kira-kira siapa yang datang menolong aku. Maklum, sulit sekali mencari orang untuk membantuku karena posisi saya ada di jalan tol. Jika kejadian itu terjadi di ruas jalan non tol, mungkin dengan mudah bagi saya untuk mencari orang-orang yang bersedia membantu saya. Hampir dua puluh menit saya menunggu, dan tidak lama, salah seorang datang membantu saya untuk menggeser mobil saya ke sebelah kiri jalan karena pada saat kejadian, posisi mobilku ada di sebelah kanan.

Setelah orang yang membantu saya untuk memarkirkan mobilku pada sebelah kiri, tak lama kemudian meninggalkanku tanpa pamit. Saya semakin kebingungan untuk mencari orang yang bisa membantu saya mengganti ban mobilku yang pecah. Saya mencoba mencari orang-orang yang sedang bekerja di sawah, persis di pinggir tol itu. Saya memanggil seorang bapak, Zanudin namanya. Ia berasal dari Cikande dan pekerjaannya sebagai seorang petani.

Ketika ia datang ke pinggir tol dan melihat mobilku dengan kondisi salah satu ban belakang yang pecah, membuatnya terharu dan langsung mengambil tindakan. Saya sendiri tidak bertanya, apakah ia bisa mengganti ban mobil atau tidak. Saya hanya tahu bahwa ia seorang petani dan bukan seorang pekerja di bengkel mobil. Tapi rupanya ia punya pengalaman dalam proses mengganti ban mobil. Ia mulai mengambil ban serep dan peralatan lainnya, dan mulai pasang ban.

Setelah mengganti ban mobilku, saya malah kebingungan karena ketika mau kasih uang pada orang yang telah membantuku, ternyata di dompetku hanya lima belas ribu rupiah. Zanudin  yang telah membantuku itu menolak uang yang saya berikan. Aku berkata bahwa duitku yang ada di saku hanya ini saja. Ia malah mengatakan bahwa “saya membantu dengan iklas.” Di pinggir tol itu, ia bersujud dan berdoa agar perjalananku ke Serang bisa selamat. Sebelum berangkat, saya menitipkan nomor hp saya kepadanya agar komunikasi tetap terjalin dan sampai saat ini kami masih berkomukasi.

Peristiwa ini mengingatkan saya akan kisah Injil yang menggambarkan seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho dan jatuh ke tangan penyamun. Ketika melihat orang yang terkapar itu, seorang imam lewat saja tanpa menghiraukan. Demikian juga seorang dari suku Lewi yang melintasi tempat itu, bersikap tidak mau tahu. Namun datanglah seorang Samaria yang baik hati, menolong dan merawat orang itu. Memang, seorang imam dan suku Lewi yang biasanya seorang imam itu berasal, lebih mementingkan aspek ritual keagamaan ketimbang memperlihatkan tindakan yang menyelamatkan.

Dalam kisah di atas, Yesus menampilkan seorang Samaria yang baik hati, untuk menegaskan bahwa di mata orang-orang Yahudi, Samaria adalah masyarakat kelas dua yang tidak diperhitungkan oleh orang Yahudi. Orang Samaria memperlihatkan buah-buah dari doa, yakni tindakan baik dan menyelamatkan. Lakukan kebaikan kepada orang lain, sekecil apa pun, Tuhan akan memberikan ganjaran kebaikan pada kita. Masih ada orang baik di sekitar kita. Sesulit apa pun masalah yang dihadapi, pasti ada jalan keluar penyelesaiannya.*** (Valery Kopong)

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

imankatolik.or.id
Kalender bulan ini

Popular