Membaca teks kitab suci hari ini, terutama kisah para rasul dan injil, menampilkan sesuatu yang bertolak belakang. Dalam bacaan pertama (Kis 9: 31-42) mengisahkan tentang bagaimana Petrus melakukan tindakan atas nama Yesus, untuk membangkitkan Dorkas yang telah meninggal dunia di Yope. Peristiwa ini semakin meyakinkan orang untuk percaya kepada Yesus. Sementara dalam Injil Yohanes 6: 60-69 mengisahkan bagaimana banyak orang yang sebelumnya mencari Yesus tetapi kemudian pergi meninggalkan-Nya. Melihat peristiwa ini Yesus menantang para murid-Nya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?”
Melihat peristiwa dalam injil hari ini memunculkan sebuah pertanyaan penting bagi kita. Mengapa orang banyak itu pada akhirnya meninggalkan Yesus? Memang jika ditelusuri lebih jauh, alasan mendasar mereka meninggalkan Yesus adalah mereka merasa dipermalukan saat Yesus berkata bahwa karena alasan “perutlah” mereka mencari dan mengikuti diri-Nya. Banyak orang menjadi kenyang karena kelimpahan makanan jasmani yang menawarkan rasa lapar pada mereka yang datang kepada-Nya. Tetapi ini menjadi alasan duniawi dan makanan yang dimakan tidak memberikan jaminan untuk hidup kekal. Seperti roti manna yang dimakan oleh nenek moyang Israel ketika mengembara selama 40 tahun di padang gurun, memberikan kekenyangan sesaat.
Yesus memperlihatkan diri sebagai roti hidup dan barangsiapa makan roti itu dan minum darah-Nya akan beroleh hidup kekal. Tawaran Yesus ini menambah kebingungan dan tanda tanya bagi para pengikut-Nya. Bagaimana mungkin Yesus menawarkan diri sebagai roti hidup dan santapan rohani bagi manusia? Tidak mudah untuk memahami kata-kata Yesus ini. Tetapi dalam terang iman kita disanggupkan untuk memahami siapa itu Yesus sebenarnya yang datang sebagai Mesias. Yesus telah mengorbankan diri di kayu salib untuk menebus dan menyelamatkan manusia.
Kematian-Nya di kayu salib menjadi bukti sempurna pengurbanan diri-Nya bagi manusia. Sebelum Ia menjalani “via dolorosa,” Ia telah memperlihatkan diri pada para murid sebagai roti hidup dan santapan rohani pada malam perjamuan terakhir. “Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku.” Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: “Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.
Menjadi pengikut Kristus di zaman ini bukanlah perkara mudah. Banyak tantangan dan godaan menarik. Apakah kita bersikap seperti orang-orang dulu yang hanya mengikuti Yesus karena ingin makan dari roti jasmani? Yesus tidak pernah mengemis pada kedua belas murid-Nya untuk tetap percaya kepada-Nya tetapi justeru Ia menantang mereka. “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Di sini Yesus mau melihat seberapa besar komitmen para murid untuk setia pada-Nya. Mengikuti Yesus berarti bersedia menerima-Nya sebagai roti hidup yang bisa memberikan jaminan hidup kekal dan memberikan energi rohani yang kuat dalam menghadapi tantangan zaman ini.***(Valery Kopong)