Hari raya Epifani – Penampakan Tuhan, mengingatkan kita akan ruang perjumpaan tiga raja dari Timur dengan Sang Bayi Yesus yang baru dilahirkan di Betlehem. Peristiwa ini menjadi penting karena tanda ilahi bintang menuntun tiga raja dari Timur untuk menjumpai Yesus di kandang hina. Pada masa awal kekristenan, Gereja merayakan Epifani untuk memperingati empat momen sekaligus: kelahiran Yesus, kedatangan orang-orang majus, pembaptisan Tuhan, dan pernikahan di Kana. Tradisi ini terus berlanjut dalam Gereja Barat (Katolik Roma) maupun Gereja Timur sampai abad ke-5. Pada tahun 1955, Paus Pius XII memperbarui liturgi dengan memisahkan pembaptisan Tuhan dari Hari Raya Epifani. Sejak itu, Hari Raya Epifani hanya memperingati penyembahan Bayi Yesus oleh tiga orang majus dari Timur.
Tiga majus dari Timur membawa tiga persembahan. Apa makna persembahan yang dibawa oleh tiga raja ini? Gambaran akan martabat ilahi Yesus terlihat jelas pada persembahan yang dibawakan oleh tiga raja dari Timur. Emas, kemenyan dan mur menggambarkan misteri Kristus. Emas, tidak sekedar sebagai persembahan biasa tetapi merujuk pada Yesus sebagai Raja. Kemenyan merujuk pada keilahian-Nya sebagai anak Allah dan mur merujuk pada misteri penderitaan serta wafat-Nya kelak untuk menyelamatkan manusia.
Peristiwa penampakan, Epifani, tidak hanya ditunjukkan pada golongan tertentu saja tetapi kepada seluruh bangsa di dunia yang diwakili oleh tiga raja dari Timur. Pada peristiwa penampakan Tuhan memperlihatkan kemuliaan Allah yang berkenan memperlihatkan Sang Putera dan manusia menanggapi puncak pewahyuan Allah yang diwakili oleh tiga majus. Sebagai pengikut Yesus yang setiap tahun merayakan Epifani, harus berani melihat tanda dan memaknainya sebagai keterlibatan Allah di dalam kehidupan manusia. Bintang Timur memberi arah dan petunjuk agar tiga raja dari Timur tidak tersesat. Kita juga memohon agar Allah senantiasa menuntun setiap langkah hidup kita melalui tanda-tanda ilahi.***(Valery Kopong)