Membaca teks Injil hari ini (Yohanes 10:22-30) memberikan gambaran keraguan orang-orang terhadap Yesus yang datang sebagai Mesias. Kemesiasan Yesus tidak serta merta dipercaya oleh orang-orang yang berada di sekelilingnya. Bagaimana mungkin mereka percaya Yesus sebagai seorang Mesias, kalau orang tuanya sehari-harinya mereka kenal? Memang berat untuk meyakinkan orang tentang kemesiasan Yesus. Tentang janji Allah yang mengutus seorang Mesias terhadap orang-orang Israel, memang ada dalam ramalan para nabi. Seperti yang diramalkan oleh nabi Yesaya bahwa seorang perempuan muda akan melahirkan seorang Mesias.
Janji akan datang Mesias ini tetap ditunggu oleh bani Israel. Konsep orang Israel akan Mesias adalah seorang prajurit yang mampu mengusir penjajah yang menindas bangsa pilihan Allah. Bagaimana mungkin seorang Mesias lahir dari seorang manusia dan orang tuanya dikenal? Mesias lahir di kandang hina dan dibaringkan dalam palungan. Peristiwa ini menunjukkan bahwa ada penghampaan diri dari seorang Mesias sebagai cara untuk memperlihatkan keberpihakkan-Nya terhadap manusia. Mesias itu terus tumbuh dan berkembang dalam keluarga sederhana, keluarga kudus Nazareth.
Dalam catatan kitab suci perjanjian baru, Yesus tidak pernah memperkenalkan diri sebagai seorang Mesias. Ia bersama Bunda Maria tampil untuk mengadakan mukjizat pertama di Kana. Dalam usia 30 tahun Ia tampil di hadapan umum untuk mewartakan Kerajaan Allah. Sebelum tampil, Ia dibaptis di sungai Yordan. Makna pembaptisan Yesus adalah Ia mau solider dengan manusia. Dari satu kampung ke kampung lain dan dari satu kota ke kota lain Ia mewartakan kabar suka cita. Kerajaan Allah yang diwartakan Yesus adalah kerajaan yang berpihak pada mereka yang miskin dan tersingkir dari pergaulan umum.
Yesus tidak sekedar menyampaikan secara verbal kabar suka cita itu. Ia menegaskan apa yang dikatakan-Nya dengan tindakan nyata, yakni melalui mukjizat-mukjizat. Mukjizat yang dilakukan oleh Yesus bukanlah cara untuk mencari popularitas diri-Nya tetapi dengan mukjizat itu Ia menghadirkan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus adalah kerajaan yang sudah dan sedang terjadi dalam diri Yesus.
“Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami.” Yesus tidak perlu mengatakan diri-Nya sebagai Mesias tetapi tindakan-tindakan-Nya memperlihatkan Ia sebagai seorang Mesias. Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir dan bahkan orang sudah meninggal pun dibangkitkan-Nya dari alam maut. Masihkah kita meragukan kemesiasan Yesus? Penegasan kemesiasan Yesus bisa terlihat pada proses peradilan diri-Nya. Jawaban diplomatis Yesus saat ditanya pada pengadilan. Pilatus bertanya, apakah Engkau seorang Mesias? “Engkau telah mengatakan demikian,” jawab Yesus. Semakin banyak orang yang ragu terhadap-Nya, semakin banyak pula orang yang percaya pada-Nya.*** (Valery Kopong)