Mewartakan Injil, kabar gembira ke semua orang tentu mendapatkan tantangan tersendiri. Tidak serta merta orang menerima kabar gembira yang disampaikan itu. Dalam bacaan pertama hari ini (Kis. 12:24 – 13:5a) berbicara tentang Paulus (Saulus) dan Barnabas yang berperan penting dalam karya pewartaan. Paulus sendiri bukan berasal dari kedua belas rasul tetapi karena peran pewartaannya melampaui kelompok-kelompok non Yahudi maka kabar suka cita tentang Yesus Kristus dan karyanya menjadi dikenal oleh publik. Paulus sendiri bisa diterima dalam kelompok dua belas rasul karena peran penting dari Barnabas, anak penghiburan atau lebih dikenal sebagai Yusuf.
Dalam Kisah Para Rasul dikisahkan bahwa para rasul diadili tetapi ketika mereka meninggalkan ruang pengadilan, mereka mengalami kegembiraan karena dianggap layak dihinakan karena Yesus. Mereka gembira karena menjadi murid Kristus. Karena terjadi penganiayaan di Yerusalem, para pengikut Yesus berlari ke wilayah Samaria. Ketika tahu bahwa Jemaat ada di Yerusalem, maka Petrus dan Yohanes diutus ke sana. Ada juga yang lari lebih jauh, yakni di Antiokhia yang waktu itu menjadi ibu kota kekaiseran Romawi. Siapakah yang diutus ke Antiokhia? Bukan salah satu dari rasul-rasul tetapi Barnabas yang diutus. Di Antiokhia, menurut Kisah Para Rasul 11:26, murid-murid itu untuk pertama kali disebut Kristen.
Antiokhia, berkat kegigihan Barnabas maka menjadi pusat kekristenan. Di lingkungan orang-orang Kristen sendiri terjadi pertentangan karena ada aliran keras dan aliran terbuka. Terjadi perdebatan sangat tajam dan untuk pertama kali Gereja terancam pecah. Peristiwanya sangat menegangkan tapi diselesaikannya dengan mudah. Bagaimana kita menyelesaikan masalah itu? Inilah menjadi sebuah tuntutan dan hal ini bisa menentukan watak kekatolikan kita.
Dalam Kisah Para Rasul 4:36, mengungkapkan siapa itu Barnabas. Nama asli Barnabas adalah Yusuf. Di mata para rasul, Yusuf dikenal sebagai Barnabas, yang artinya anak penghiburan. Mengapa disebut sebagai anak penghiburan? Ia menjual ladangnya dan membawa uangnya dan meletakkan ke kaki rasul-rasul. Kedermawanan ini merupakan salah satu dari wataknya yang utuh. Karena Barnabas orang baik, penuh Roh Kudus dan iman. Barnabas inilah yang diutus ke Antiokhia ketika Gereja Antiokhia berkembang. Penduduk Antiokhia bukan penduduk Yahudi karena itu diutus Barnabas untuk mengembangkan Gereja di sana.

Pada zaman awal, ada tiga pusat Gereja, yaitu: Yerusalem (Yakobus), Efesus (Yohanes Pengarang Injil) dan Antiokhia (Barnabas). Gereja Yerusalem hancur karena pemimpinnya terlalu keras. Gereja Efesus juga hancur karena Jemaatnya terlibat dalam perkelahian. Karena itu perjalanan misi utama Gereja dimulai dari Antiokhia. Ia (Barnabas) orang baik itu rela berbagi kepada orang lain. Setibanya di Yerusalem, Saulus menggabungkan diri ke murid-murid tetapi tidak dipercayai oleh murid-murid Yesus. Tetapi Barnabas menerima dan membawanya ke Antiokhia dan kemudian dipulangkan ke Tarsus (kampung halamannya Paulus). Paulus tinggal di Tarsus, kurang lebih tujuh tahun dan tidak tahu mau berbuat apa. Tetapi kemudian, Barnabas ke Tarsus untuk menemui Paulus dan membawanya ke Antiokhia. Sebagai pengikut Kristus, kita belajar kegigihan para pewarta terutama Paulus dan Barnabas. Para pewarta berani mengambil risiko, bahkan mengorbankan nyawa demi Kristus yang diimani. Darah para martir adalah benih bagi orang Kristen. “Sanguis martyrum, semen christianorum.” ***(Valery Kopong)