25.8 C
Tangerang
Thursday, 12 December, 2024
spot_img

Iman Tumbuh Di Kebun Pepaya

Beberapa hari yang lalu, menjelang Pentakosta, saya dihubungi oleh ketua Wilayah Sta. Anna – Rajeg untuk mengikuti penutupan novena Roh Kudus. Kegiatan novena ini diadakan oleh lingkungan Sta. Fransisca de Chantal dengan mengambil tempat di kebun pepaya yang selama ini menjadi tempat berkumpulnya teman-teman Katolik yang bermukim di wilayah Sta. Anna – Rajeg. Cukup banyak umat yang hadir dalam novena itu dan ini menunjukkan solidaritas lingkungan yang tumbuh perlahan di daerah-daerah yang jauh dari pusat paroki Kutabumi.

Setelah novena, masih dilanjutkan acara syering pengalaman dan tanya jawab seputar kehidupan menggereja saat ini. Pertanyaan-pertanyaan yang mencuat, sepertinya mengerucut pada persoalan akan bina iman umat dan secara khusus perhatian pada anak-anak serta kaum remaja. Bina iman anak dan kaum remaja yang saat ini dilakukan belum maksimal. Persoalan lain yang juga turut dihadapi adalah kekurangan para katekis Gereja yang mestinya dari waktu ke waktu ada penambahan supaya proses pembinaan iman umat ditangani secara baik.

Persoalan akan katekis dan cara berkatekese pada zaman ini mesti menjadi sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi oleh Gereja. Mengapa katekese menjadi  penting dalam karya pewartaan? Karena hanya dengan berkatekese maka umat menjadi tahu tentang persoalan seputar iman kekatolikan dan sekaligus meneguhkan iman akan Kristus. Berkatekese  saat ini memiliki banyak peluang dan tantangan yang mesti dihadapi. Para katekis tidak bisa bertahan dengan pola lama, berbicara secara langsung dengan umat yang dihadapinya tetapi tuntutan terberat adalah bagaimana berkatekese di dunia digital yang bisa menjangkau semua orang. Di sini perlu ada pematangan gagasan untuk mengembangkan nilai-nilai Injili yang membaur dengan teknologi yang dijadikan sebagai sarana untuk bisa menyapa umat. Para katekis disiapkan secara matang, isi pewartaan juga disiapkan secara baik dan jangan lupa siapkan perangkat yang memadai untuk menyiarkan warta suka cita kepada semua orang.

Menarik ketika berada bersama umat di wilayah Rajeg. Mereka hidup jauh dari pusat paroki namun ada hal menarik bahwa hampir setiap malam mereka berkumpul dan berdoa di kebun pepaya. Ketika berkumpul bersama mereka, mengingatkan kita akan kehidupan Jemaat Pertama yang sampai saat ini menjadi sumber inspirasi dan rujukan bagi kehidupan umat Katolik saat ini. Jemaat Pertama tidak hanya sekedar hidup dalam kelompok (koinonia) tetapi mereka melakukan banyak hal seperti mendengarkan pewartaan dari para rasul (kerygma), berdoa bersama  (liturgya) dan melayani satu sama lain (diakonia).

Jika dilihat dalam konteks hari ini, apa yang dilakukan oleh umat saat ini, menimbulkan sebuah pertanyaan penting. Masih relevankah kehidupan Jemaat Pertama diterjemahkan dalam konteks hari ini? Jawabannya ya. Kehidupan Jemaat Pertama masih relevan bagi Gereja saat ini. Berkumpul, berdoa, mewartakan, melayani dan bersaksi menjadi sesuatu yang lumrah. Namun ada satu hal yang pernah dilakukan dalam kelompok Jemaat Pertama, yakni menjual harta kekayaan untuk membantu  mereka yang kekurangan,  tidak bisa ditiru oleh umat saat ini. Di tengah gempuran persoalan ekonomi umat yang carut-marut, semangat berbagi kepada sesama yang memiliki kekurangan terus dilakukan. Hidup berkomunitas atau paguyuban iman menjadi  ciri unik dalam dunia kekristenan. Hidup dalam paguyuban iman tidak hanya berhenti pada doa tetapi yang jauh lebih penting adalah buah-buah dari doa itu. Iman itu terus tumbuh di kebun pepaya dan diwujudkan dalam tindakan sehari-hari dalam  melayani sesama.***(Valery Kopong)

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

imankatolik.or.id
Kalender bulan ini

Popular