Renungan
Maka, “Keesokan harinya” bagi saya adalah Tuhan yang berjanji akan selalu ada buat kita sekali pun dalam kondisi susah kita sekali pun. Tuhan adalah Tuhan yang tahu isi hatimu, dan Tuhan pulalah yang akan menyertai perjalanan hidupmu sampai pada kesudahannnya.
Seorang teman pernah berkata, tidak ada rancangan Tuhan yang salah. Sekali pun kadang kita merasa salah jalan atau merasa sulit untuk menjalani hari, percayalah Tuhan selalu ada dan bisa merevisi jalan kita.
Ada tertulis dari seorang santo atau orang kudus walaupun saya lupa. Dia mengatakan bahwa sekali pun kamu merasa kosong dalam doamu, ketahuilah Tuhan selalu ada bersamamu. Maka, sekali lagi, “Kesokan harinya” seharusnya juga menjadi kesempatan yang baru buat kita, benar-benar baru buat kita agar kita mengusahakan yang terbaik dalam hidup kita untuk masa depan kita. Kalau kata pengusaha investasi. Inventasi kan tidak hanya uang yah? Bukan begitu Bapak Ibu?
Jatuh bangun itu biasa. Yang tidak biasa adalah kalau kita menyerah dan diam begitu saja dan tidak melakukan sesuatu yang berarti untuk masa depan kita. Kendati pun gelap atau samar-samar, percayalah jangan mengutuk kegelapan, lebih baik menyalakan secercah lilin. Tidak punya lilin? Beli! Membingungan sekaligus juga menjadi pecutan buat kita bahwa kalau kita ingin bahagia ya persiapkanlah diri kita sekarang ini dan untuk seterusnya. Sejatinya hidup ini sendiri adalah hidup yang perlu diperjuangkan. Kendati pun tidak mudah, toh tetap harus dijalani dan disyukuri? Belajarlah untuk merasa cukup.
Yang perlu diingat adalah bahwa walaupun harus mengulang dari awal lagi, persis ketika kita membuka mata, tetapi bukankah itu lebih baik bagi kita daripada kita tidak melakukan apa-apa sama sekali dan tidak menjalani hari apa adanya? Apa adanya menjadi penting Bapak Ibu karena terkadang yang kita butuhkan hanyalah keluguan. Jalani saja, seperti kata teman saya lagi, “Jalani, Nikmati, dan Syukuri.”
Sekali lagi, Tuhan tahu isi hatimu, dan Tuhan sayang padamu. “Hari esok” menjadi tanda bahwa Allah senantiasa akan menyertai kita sampai akhir hayat kita. Salam.
Sumber Inspirasi Yoh 1: 43-51
Yogyakarta, 27 April pukul 01.25.
Hieronimus Servian Baskoro.
mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Program Studi Sastra Indonesia Semester IX
Seminari Mertoyudan angkatan 103 “Hermano Para Siempre.”