Jumat Agung atau bisa disebut juga sebagai Good Friday merupakan hari wafat Yesus Kristus untuk penebusan dosa bagi umat manusia.
Wafat Yesus sendiri menjadi kunci penting bagi pembebasan umat manusia dari keterikatan dosa. Wafat-Nya tidak semata-mata menjadi akhir bagi perjalanan-Nya, namun merupakan langkah baru bagi umat manusia terutama murid-murid Yesus dalam mewartakan “Kasih Allah” yang begitu sempurna bagi umat manusia.
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16).
Pengorbanan Yesus dikayu salib, tidak hanya cukup untuk menebus dosa bagi umat manusia saja, melainkan Allah juga memberikan jaminan hidup kekal bagi yang percaya pada-Nya dan setia melakukan perintah-Nya.
Jaminan memperoleh hidup kekal dan dijauhkan dari kebinasaan, merupakan kebahagian dan tujuan akhir bagi perjalanan iman kita sebagai umat Katolik.
Namun jika kita mengutip dari Yohanes 3:16, siapa Yesus, mengapa Ia disebut sebagai Anak Allah, sang penebus dosa umat manusia?
Dalam Yohanes 10:38
“tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.”
Pada dasarnya, Yesus merupakan Allah itu sendiri.
Namun sejak manusia jatuh kedalam dosa, hubungan Allah dengan manusia menjadi rusak. Penjelmaan Allah menjadi manusia, dapat dipahami bahwa akibat dosa, manusia tidak mengenal Allah, sehingga lewat inkarnasi, Allah ingin membawa kembali manusia pada tawaran keselamatan.
Oleh karena itu, semoga penebusan Yesus di kayu salib, menjadi kekuatan baru bagi iman kita dalam mewartakan Kasih Allah yang begitu sempurna bagi umat manusia.***(Marsel)