(Sebuah Catatan)
Menerima tugas untuk kembali menjadi ketua lingkungan, merupakan sebuah kepercayaan sekaligus tantangan. Namun di balik kepercayaan yang diberikan oleh umat lingkungan itu, ada intervensi Tuhan di dalam proses pemilihan ketua lingkungan. Barangkali tidak banyak orang yang berminat untuk menjadi ketua lingkungan tetapi pada peristiwa pelantikan pada 15 Januari 2023 menjadi sebuah titik refleksi. Mengapa di antara sekian banyak umat, aku yang terpilih menjadi ketua lingkungan? Pertanyaan ini menjadi penting ketika jabatan rahmat ini diemban sebagai cara melayani sesama dan Tuhan.
Peristiwa pelantikan ketua lingkungan, ketua seksi dan sub seksi, mestinya terjadi pada 8 Januari 2023 namun masih banyak lingkungan yang belum memilih ketua lingkungannya maka pelantikan terjadi pada 15 Januari 2023. Tanggal pelantikan ini mungkin sebuah kebetulan tetapi pada saat yang bersamaan, para anggota Serikat Sabda Allah (Societas Verbi Divini) merayakan pesta Arnold Janssen, pendiri tiga tarekat: SVD, SSpS, dan SSpS Adorasi Abadi. Mendirikan tiga biara besar dengan pertimbangan yang matang. Arnold Janssen mendirikan biara aktif dan kontemplatif, hal ini menunjukkan perimbangan hidup, ada imam-biarawan yang aktif bekerja dan ada biarawati yang tekun dalam doa-doa dan kontemplasi di depan Sakramen Maha Kudus.
Ketika mendirikan biara SVD (Societas Verbi Divini), Arnold Janssen menjadi bahan tertawaan rekan-rekan imam. Bagaimana mungkin mendirikan biara tanpa uang? Ketika ditanya, dari mana memperoleh uang untuk mendirikan biara itu? Arnold Janssen hanya menjawab, “uang masih ada di saku para penderma.” Dengan jawaban sederhana ini menunjukkan penyerahan diri secara total pada penyelenggaraan Ilahi akan keberhasilan misi dalam mempersiapkan para imam, biarawan / biarawati dan mengutus mereka ke tempat di mana Injil dan Kristus belum dikenal. Dalam perkembangan lebih jauh, tiga tarekat ini berkembang pesat untuk mewartakan Sabda Allah ke seluruh dunia.
Spiritualitas Arnold Janssen perlu digali oleh para pelayan Gereja sebagai spirit baru dalam menghadapi pelbagai tantangan. Rumah misi pertama di Steyl mempersiapkan seorang misionaris pertama SVD, Joseph Freinademetz dan diutus ke Tiongkok. “Josef Freinademetz membawa injil salib dari satu benua ke benua lain, dari satu budaya ke budaya lain. Ia dikuasai oleh suatu kepastian yang tak dapat digganggu bahwa Allah telah mewahyukan diri-Nya sendiri dalam Yesus Kristus dan karenanya Kristus harus dikumandangkan dan diwartakan seluruh dunia, karena hanya dalam Dia ada keselamatan dan ditemukan hidup kekal.”
Tidak berlebihan, saya mau mengatakan bahwa peristiwa pelantikan dimaknai sebagai pengukuhan sekaligus perutusan. Paroki Kutabumi memilih orang-orang pilihan, baik sebagai ketua lingkungan, ketua seksi dan sub seksi untuk bermisi domestik, menjadi garam dan terang bagi orang-orang yang dilayani. Menjadi “garam” berarti siap untuk keluar dari “gudang garam” dan membaur dengan orang-orang yang dilayani. Menjadi terang berarti harus berani menembus kegelapan hidup sekitarnya agar mereka bisa melihat cahaya kehidupan. Dalam melayani, kita perlu menghidupkan spiritualitas passing over, semangat beralih, membiasakan kita belajar dari masa lalu, beradaptasi dengan masa sekarang, lalu membangun komitmen dalam menghadapi masa yang akan datang.***(Valery Kopong)
Terima kasih Pak Valery, sungguh suatu tulisan yg manguatkan di tengah kegamangan dalam menjalankan amanah ini.Berkah Dalem
Trimakasih ats bacaan yang Bapak sampaikan dan menjadi permenungan dalam perutusan. sangat menarik 1 quotes menjadi “garam” berarti siap untuk keluar dari “gudang garam” memiliki arti yang sangat dalam & ajakan utk berkarya👏
Salam Damai