Paroki Kutabumi mengadakan Rekoleksi yang diikuti oleh prodiakon/prodiakones. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai media pendalaman iman dan pengenalan siapakah prodiakon dan apa tugasnya. Rekoleksi prodiakon terlaksana di Eco Spirit Center Puspanita, Ciawi dengan peserta yang dibagi menjadi 2 gelombang. Gelombang pertama dilaksanakan pada tanggal 1-2 Juni 2024 dengan 49 peserta, sedangkan gelombang 2 pada tanggal 16-17 Juni 2024 dengan 43 peserta.
Kegiatan rekoleksi prodikon berjalan lancar dengan pembicara berasal dari Pusapanita. Kegiatan dilaksanakan selama 2 hari dan terbagi dalam beberapa sesi yang dibawakan oleh suster dan pembicara dari Puspanita.
Selama perjalanan para prodiakon berbincang mengenai banyak hal, ada yang beristirahat, ada juga yang beristirahat selama perjalanan. Setelah memasukin tol Ciawi, para prodiakon beristirahat di Rest Area Ciawi untuk makan siang. Pukul 13.30, prodiakon melanjutkan perjalannnya menuju Puspanita. Setelah sampai di puspanita, suster CB menyambut kedatangan Prodiakon/prodiakones. Setelahnya diarahkan menuju aula untuk pembagian kelompok dan briefing untuk kegiatan disana. Pembukaan rekoleksi prodiakon dilakukan oleh RD. Cosmas Wahyu Kristian Wijaya, selaku Kepala Paroki Kutabumi.
Prodiakon menuju kamar masing-masing untuk merapikan barang dan mempersiapkan diri mengikuti sesi-sesi yang ada. Sesi pertama dibawakan oleh Pak Harsono yang membahas mengenai pengelolaan lingkungan hidup dan refleksi diri sebagai prodiakon. Setelah mendengarkan materi, prodiakon/prodiakones melakukan diskusi kelompok diarea Puspanita, seperti Zona Pengolahan Air, Zona Keluarga, Zona Kebun, Zona Api unggun, teras aula, halaman kapel dan tempat lainnya. Dalam kelompok, setiap anggota menyampaikan pengalaman refleksinya sebelum dan sesudah menjadi prodiakon, setelah itu dirangkum dan disampaikan kepada kelompok lainnya.
Sesi kedua dibawakan oleh Romo Patris, Pr. untuk Gelombang 1 dan Romo Emilio, CMF. untuk Gelombang 2 yang membahas spiritualitas dan peran prodiakon sebagai rekan Romo. Mengenal prodiakon sebagai pembantu atau pelayan atau rekan kerja imam. Salah satu prodiakon menyampaikan prodiakon sebagi rekan kerja imam, karna prodiakon bekerja sama dengan imam untuk melayani umat dalam berbagai hal. Pada dokumen Konsili Vatikan IV prodiakon san imam melakukan kerja sama, bukan semata-mata membantu. Karna romo dan prodiakon perlu adanya saling melengkapi sehingga pelayanan kepada umat berjalan lancar.
Sesi ketiga membahas mengenai ketulusan dalam pelayanan. Pada sesi ini pra anggota prodiakon diajak untuk refleksi atas pelayaannya di keluarga, gereja, dan masyarakat, bukan hanya di prodiakon saja. Pesan yang ingin disampaikan pada sesi ini yaitu “Mengasihi sesama dengan cara yanh benar dan tulus, karna tidak semua orang dapat melakukan hal yang sama”.
Setelah mengikuti sesi 3, prodiakon/prodiakones menuju kapel untuk melakukan doa malam. Setiap anggota akan dipersilahkan mengambil lilin yang ada di tengah lingkaran kemudian membagikan terang tersebut kepada teman sebelahnya dengan menyampaikan “Terimalah terang ini, dan jadilah saksi Kristus”. Kemudian para prodiakon kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat.
Kegiatan hari kedua diawali dengan meditasi yang dilakukan pada area pengolahan air. Suster membacakan narasi dan peserta melakukan meditasi. Meditasi untuk lebih merasakan rasa bersyukur atau malah kelemahan melalui anggota tubuh kita. Dengan alunan lagu yang mendayu-dayu, suara gemericik air, dan kicauan burung, udara yang sejuk, mampu menambah emosi diri dalam melakukan meditasi, membuat diri ini tenang.
Jantung yang senantiasa berdetak membuat kita hidup untuk memaknai anugrah kehidupan dari Tuhan. Tuhan mencintai umatnya melalui alam ciptaannya. Prodiakon/prodiakones menyampaikan apa yang dirasakannya selama meditasi. Beberapa sharing yang disampaikan oleh prodiakon/prodiakones : (1) Tuhan bekerja dalam hidup ini, sehingga ketika melepas alas kaki ini dapat merasakan ketenangan; (2) Saat melakukan meditasi, dapat merasakan kasih Tuhan yang luar biasa melalui kicauan burung yang sungguh menguasai pendengaran dan melihat salib Yesus yang indah diatas sana.
Setelah meditasi alam, peserta kembali ke aua untuk mengikuti sesi terakhir oleh Suster Arianti yang membahas perwujudan kasih kepad sesama. Peserta kemudian diarahkan menuju kapel untuk mengikuti misa penutup. Harapannya pelayanan Prodiakon/prodiakones bukan hanya digereja saja, melainkan di keluarga, tempat kerja, dan masyarakat dengan membagikan kasih tulus hati.***(NANDA)