(Sumber Inspirasi: Matius 11: 25-27)
Ketika masih usia SMP dan hidup di kampung, saya suka memelihara ayam. Cukup banyak ayam peliharaanku waktu itu. Setiap pagi saya harus ke pondok untuk memberi makan ayam-ayam, sebelum menyiapkan diri berangkat ke sekolah. Ada hal menarik dari proses memberi makan dan minum pada ayam. Kalau dikasih makan, ayam-ayam langsung mematok makanan dengan paruhnya. Menariknya bahwa setiap kali ayam meminum air, selalu menengadah ke atas sebelum air itu masuk dalam tubuhnya. Memang ini peristiwa alami namun dalam konteks tertentu bisa dikatakan bahwa ayam selalu mensyukuri air kehidupan yang telah diberikan padanya. Sebelum air masuk dalam tubuhnya, ayam harus menengadah ke langit seakan mengucap syukur pada sang pemberi air kehidupan.
Membaca perilaku ayam dan memperhadapkan dengan teks kitab suci hari ini, menarasikan tema umum tentang rasa syukur yang harus diperlihatkan oleh setiap orang pada yang empunya kehidupan. Dalam bacaan pertama, Yesaya memperlihatkan murka dan tongkat amarah Allah pada bangsa pilihan-Nya. Allah dengan caranya tersendiri berupaya mengingatkan bangsa pilihan-Nya untuk menjadi teladan kerendahan hati. Allah tidak suka melihat orang-orang sombong yang mengandalkan kekuatannya sendiri yang suatu saat akan binasa oleh cara yang tidak terpuji itu. Yesaya diutus Allah untuk menegur dan berupaya menata perilaku yang kurang berkenan di hadapan Allah.
Dalam Injil hari ini Yesus menegaskan, orang-orang kecil memiliki harapan untuk melihat puncak kepenuhan Wahyu seperti yang dijanjikan Allah pada bangsa pilihan-Nya. “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.” Orang-orang kecil sebagai orang yang terlupakan oleh dunia namun membuka diri terhadap rahmat Allah. Allah memperhitungkan dan memberikan ruang pada mereka untuk boleh mengalami kehadiran-Nya.
Mengucap syukur pada Allah merupakan sebuah keharusan dari kita. Allah telah berkenan mengirim Sang Putera untuk menebus dan menyelamatkan manusia. Berterima kasihlah selalu pada-Nya karena Ia selalu menyediakan roti dan air kehidupan kita. “Kristus, dalam rupa Melkisedek, sudah sejak dulu memuji Allah sebagai Pemilik atau Tuhan langit dan bumi. Oleh karena itu, dalam semua ucapan syukur kita atas banyak belas kasihan yang mengalir, kita harus memberikan kemuliaan kepada Allah atas mata air kecukupan yang telah disediakan-Nya bagi kita.” Mengucap syukur dalam kerendahan hati, cara sederhana dalam membangun relasi intim dengan Allah melalui Yesus Putera-Nya.***(Valery Kopong)