Ketika mengikuti sebuah workshop, saya tertarik dengan satu materi terkait dengan “spiritualitas kepemimpinan Kristiani.” Spirit kepemimpinan kristiani terus diasah dan menjadi landasan utama bagi setiap pengikut Kristus yang mengemban tugas sebagai seorang pemimpin. Secara sederhana, pola kepemimpinan Kristiani selalu bergerak mengarah ke bawah, bergerak dalam ruang perjumpaan dengan orang-orang dipimpin.
Mengapa pola kepemimpinan Kristiani selalu bergerak ke bawah? Jawabannya sederhana, yakni mencontohi Yesus dalam peristiwa inkarnasi. Peristiwa inkarnasi tidak hanya dimengerti dalam konteks penjelmaan Allah menjadi manusia saja tetapi dalam konteks kepemimpinan, ada terjadi gerak turun. Bahwa Allah yang sebelumnya disebut Allah yang transenden, jauh dari manusia namun dalam peristiwa inkarnasi, Allah mau hadir dan berpihak pada manusia melalui Yesus.
Selain memaknai peristiwa inkarnasi sebagai sumber inspirasi dalam menata dan membangun strategi kepemimpinan, tetapi juga memahami tokoh inspirasi yang menawarkan kerendahan hati sebagai bagian penting dalam menghidupkan gairah kepemimpinan. Semangat kepemimpinan Kristiani bersumber pada kitab suci yang menghadirkan tokoh-tokoh penting dan memiliki pengaruh yang sangat kuat. Sebagai seorang pemimpin, ada pergerakan ke bawah sebagai bentuk sikap yang memperlihatkan keberpihakkan pada orang-orang yang dipimpin. Dalam workshop tentang spiritualitas kepempinan Kristiani itu, salah satu tokoh penting yang menjadi sumber inspirasi dalam konteks kepemimpinan adalah Yohanes Pembaptis.
Mengapa Yohanes Pembaptis menjadi sumber inspirasi dalam memahami spirit kepemimpinan kristiani? Jika kita telusuri kehadiran Yohanes Pembaptis dalam misi persiapan kedatangan Mesias, Ia dengan rendah hati menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan padanya. Apakah engkau seorang Mesias? Bukan!! Yohanes Pembaptis lebih jauh menyatakan ketidaklayakan dirinya di hadapan Mesias yang sedang dinantikan itu.
“Aku bukanlah Dia yang kamu sangka, tetapi Ia akan datang kemudian dari padaku. Membuka kasut dari kaki-Nyapun aku tidak layak.” Yohanes Pembaptis menjalankan misi persiapan kelayakan hidup dan pertobatan manusia untuk menerima kehadiran Mesias. Banyak orang memberikan diri dibaptis sebagai bentuk purifikasi diri dan menyatakan kesiapan untuk menerima kehadiran seorang penyelamat. Yohanes Pembaptis semakin merendah diri dan Mesias semakin besar. Sebagai perintis bagi kedatangan Mesias, Yohanes Pembaptis harus menyatakan secara tegas bahwa ia bukan Mesias. Ia semakin menepi, agar Yesus semakin dikenal oleh dunia.***(Valery Kopong)