Peristiwa Jumat Agung merupakan momen paling sakral dalam tradisi Kristiani, di mana kita mengenang sengsara dan wafat Tuhan Yesus Kristus di kayu salib demi menebus dosa umat manusia.
Melalui Passio yang telah dinyanyikan dalam perayaan Jumat Agung ini, kita diingatkan kembali akan kisah penderitaan Tuhan Yesus. Tuhan rela mengorbankan diri-Nya, dan dengan rendah hati Ia berkata, “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan jiwa-Ku.” Ia disalibkan agar kita memperoleh hidup.
Romo Salto memberi pengetahuan baru yang menggugah: Tuhan Yesus yang kepalanya ditancapi mahkota duri, bukan hanya sekadar simbol penderitaan, tetapi mahkota itu ibarat paku yang menembus hingga ke tengkorak. Cambukan yang Ia terima bukan cambukan biasa, melainkan tali kulit yang ujungnya ditancapkan logam tajam hingga menembus tulang. Yesus memilih untuk menderita, bukan karena Ia lemah, melainkan karena kasih-Nya begitu besar bagi kita.
O Yesusku, Sang Penebus bermahkotakan duri, oh Tuhanku, betapa jahat dosa yang kubuat. Karena kasih-Mu, Kau pikul salib menuju Golgota. Jangan-jangan, kita termasuk dari banyak orang yang meneriakkan, “Salibkan Dia!”
Dalam khotbahnya, Romo Diaz mengatakan Dalam 1 tahun liturgi, hanya Jumat Agung saja yang tidak melaksanakan perayaan ekaristi. Kurban persembahan yang biasanya dipersembahkan pada perayaan ekaristi belumlah tersedia, Dia masih tergantung disalib mempersembahkan dirinya untuk menebus dosa manusia.
Janganlah kita menyalibkan Tuhan untuk kesekian kalinya karena dosa-dosa kita. Hendaklah kita seperti Petrus dan Barnabas yang betul-betul bertobat dalam hidupnya untuk mengubah kehidupan menjadi lebih baik dengan penyertaan rahmat Tuhan dalam penyaliban ini
Pada kayu salib, kita belajar tentang cinta—cinta yang tak terbalaskan dengan cinta, cinta yang dibalas dengan luka. Pada salib, kita mengenal cinta sejati: cinta yang memberi diri sepenuhnya, cinta yang tak memedulikan harga diri. Mengapa cinta begitu erat dengan pengorbanan? Mengapa cinta bersahabat dengan kerapuhan?
Sesungguhnya, Ia tersiksa oleh karena dosa-dosa kita, oleh karena penyangkalan kita. Namun oleh bilur-bilur-Nya, kita diselamatkan. Maka bertobatlah, sebab jika kita terus berbuat dosa, berarti kita terus menyalibkan Tuhan dalam hidup kita.
- – Nanda & Gaby