Pada malam sebelum Yesus disalibkan, Petrus, murid yang begitu dekat dengan-Nya, menyangkal Dia tiga kali sebelum ayam berkokok. Sebuah peristiwa yang menyayat hati. Sebuah kegagalan manusiawi yang begitu nyata. Namun, jika kita jujur pada diri sendiri, bukankah kita pun seperti Petrus? Tanpa sadar, bahkan mungkin dengan sadar, kita sering melukai dan menyangkal Yesus dalam hidup kita melalui pikiran yang kotor, perkataan yang menyakitkan, dan perbuatan yang tidak mencerminkan kasih-Nya.
Hari ini, di Jumat Agung yang kudus ini, kita kembali diingatkan akan penebusan agung yang dikerjakan Kristus di kayu salib. Di hadapan salib itu, Gereja berseru:
“Lihatlah kayu salib, disini tergantung Kristus, Penyelamat dunia.”
Dan dengan hati yang hancur, kita menjawab:
“Mari kita bersembah sujud kepada-Nya.”
Dalam liturgi Jumat Agung, kita melakukan tindakan penghormatan kepada Yesus yang telah disalibkan, melalui penciuman salib. Ini bukan sekadar simbol, tapi ungkapan iman dan pertobatan yang tulus, bahwa kita datang dengan hati remuk, mengakui dosa, dan memohon pengampunan. Lewat tindakan ini, kita menyerahkan diri pada kasih Allah yang tak bersyarat, dan membuka hati untuk dipulihkan oleh-Nya.
Karena seperti yang tertulis dalam 1 Petrus 1:18-19:
“Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia… bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus…”
Hari ini, kita tidak hanya memperingati pengorbanan itu, tetapi mengalaminya. Dosa-dosa kita ditebus, hidup kita dipulihkan. Kita diajak untuk tidak hanya menjadi saksi penderitaan Kristus, tetapi menjadi manusia baru yang berjanji untuk hidup dalam kesucian dalam pertobatan yang nyata.
Kita diberkati oleh Yesus, diberi pengampunan, dianugerahi penghiburan. Maka sebagai murid-murid-Nya yang telah ditebus, kita pun dipanggil untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya: membagikan berkat kepada sesama, mengasihi tanpa syarat, dan melayani dalam kerendahan hati. Kiranya kasih salib itu terus menghidupkan kita, menuntun setiap langkah kita, dan menjadikan hidup kita kesaksian nyata akan kasih Kristus yang menyelamatkan. Tuhan memberkati***(gaby)